Pages

Subscribe:

Sabtu, 12 November 2011

Resensi Buku : Sang Penerjemah

Judul : Sang Penerjemah
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penulis : Leila Aboulela
Kategori : Roman Dewasa
Tebal : 272 Halaman
Sammar adalah seorang janda muda berkebangsaan Sudan. Ia bekerja sebagai penerjemah bahasa Arab di Universitas Aberdeen di Skotlandia. Sejak kematian mendadak suaminya, anak lelaki satu-satunya tinggal bersama bibi dan ibu mertuanya di kota Khartoum. Meninggalkan dirinya sendirian di Aberdeen yang dingin dan kelabu, berduka dalam kesepian. Tetapi ketika dirinya mulai menerjemahkan untuk Rae, seorang peneliti Islam dari Skotlandia, keduanya mulai menjalin persahabatan yang sangat erat. Hingga tanpa disadari telah membangunkan keinginan kuat dalam diri Samar yang selama ini dikubur dalam-dalam. Rae adalah seorang pengajar orientalis di departemen yang sama, tempat dimana Sammar bekerja. Berkebangsaan Skotlandia dan pernah dua kali bercerai.
Ketika keduanya mulai jatuh cinta, Sammar tahu bahwa mereka harus terlebih dulu mengatasi perbedaan diantara mereka. Terlebih dalam menyikapi keyakinan masing-masing. Hingga akhirnya kedua karakter ini harus berpisah untuk sementara waktu ketika Sammar harus kembali ke Sudan. Keduanya akan bertemu kembali dan tentu saja sang waktu membuat keduanya menjadi lebih bijaksana hingga akhirnya bisa saling memahami. Sammar melihat cahaya, bayangan dan berpikir jika saat itu dirinya sedang berada di negara asalnya, Sudan. Nyatanya ia masih di Aberdeen dan tiba-tiba merasa tersesat dalam berbagai halusinasi, sebuah visi yang mengaburkan realitas.
Novel Sang Penerjemah mengambil setting di atas dua kota yang sangat kontras, Aberdeen dan Khartoum. Baik yang mencerminkan keadaan maupun pikiran dari karakter utamanya. Dinginnya kota Skotlandia justru membuat Sammar merasa tertidur di dalamnya. Sedangkan cuaca panas di Sudan justru membuat Sammar merasa hidup. Menempatkan sedikit kehangatan dalam hatinya yang penuh kesedihan. Perbedaan antara kedua kota ini juga melambangkan perbedaan dalam agama dan budaya antara dua karakter utama.
Novel ini merupakan gabungan kisah cinta, antara manusia dan Tuhan-Nya. Dirangkum dengan indah oleh penulis dengan ulasan layaknya puisi indah. Sang Penerjemah, merupakan kisah keberanian seorang wanita untuk tetap teguh dengan keyakinan, diri dan cintanya. Meskipun novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1995, namun pesan moral yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Sebuah novel nostalgia penuh kisah cinta dengan penuturan lemah lembut. Siap mengaduk-aduk perasaan dan emosi para pembacanya.
Penulis dilahirkan pada tahun 1964 dan tumbuh dewasa di Khartoum, Sudan. Dirinya telah menulis Minaret dan Coloured Lights dan memenangkan Caine Praize for African Writing. Karyanya ini telah diterjemahkan ke dalam enam bahasa berbeda. The Translator – Sang Penerjemah adalah novel pertamanya dan terdaftar untuk Orange Prize dan IMPAC Dublin Award, juga Saltire Society Scottish First Book of The Years Award.
Tidak mengherankan, jika The Guardian (Inggris) menjuluki Aboulela sebagai penulis yang luar biasa puitis. Membaca novel ini dapat memberikan kesenangan yang penuh dan juga kedamaian hati.

Sumber : http://fandagri.blogdetik.com/resensi-buku-nasionalisme/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar